POEM 2
1 Percayalah, ucapan ini tercipta dari keterhimpitan yang begitu sakit Pikiran ingin keluar dari keterdesakan yang amat menyesak Tapi kebuntuan justru lebih dekat dan mencekak Siapakah yang mampu berdiri lebih tegak di pusaran badai Suara-suara rintih menggema perih di tiang-tiang harapan akan akhir dari kesusahan Bertumpu di pusaran doa-doa dan kekuatan bahwa hidup selalu memilih banyak persimpangan Tak perlu menelan heran, ketika pertanyaan lebih sering bertambah ketimbang jawaban Makin berat melawan, makin sering diri bersimbah godaan Seperti tegak di tepian, adakah takdir berkubang di kesanggupan menanggung beban yang enggan sirna pada ingatan terakhir ujian akan kesetiaan Tangan-tangan tetap terulur, menampung bait-bait derita dari berjuta baris cerita, mendekap tumpukan kisah yang terlahir di nyawa yang selalu nyata Tapi luka-luka makin menganga bahagia, menari dalam irama ego dan kuasa Meski kepayahan, mengapa kejujuran selalu jatuh cinta pada pembunuhnya? 2 Desember mulai menut...