POEM 2

1

Percayalah, ucapan ini tercipta dari keterhimpitan yang begitu sakit
Pikiran ingin keluar dari keterdesakan yang amat menyesak
Tapi kebuntuan justru lebih dekat dan mencekak
Siapakah yang mampu berdiri lebih tegak di pusaran badai
Suara-suara rintih menggema perih di tiang-tiang harapan akan akhir dari kesusahan
Bertumpu di pusaran doa-doa dan kekuatan bahwa hidup selalu memilih banyak persimpangan
Tak perlu menelan heran, ketika pertanyaan lebih sering bertambah ketimbang jawaban
Makin berat melawan, makin sering diri bersimbah godaan
Seperti tegak di tepian, adakah takdir berkubang di kesanggupan menanggung beban yang enggan sirna pada ingatan terakhir ujian akan kesetiaan
Tangan-tangan tetap terulur, menampung bait-bait derita dari berjuta baris cerita, mendekap tumpukan kisah yang terlahir di nyawa yang selalu nyata
Tapi luka-luka makin menganga bahagia, menari dalam irama ego dan kuasa
Meski kepayahan, mengapa kejujuran selalu jatuh cinta pada pembunuhnya?

2

Desember mulai menutupkan cerita
Resah yang bergantung-gantung
Menerka akhir yang pedih
Sudah tak bisa terkata

Dinding Januari mulai basah
Menyeret paksa kaki Desember
Untuk segera berpamitan
Pada mimpi yang pernah singgah

Lebih baik engkau tau
Bagaimana aku menyembunyikan rindu
Tanpa harus mengetuk malam
Dan harus bisa melambaikan tangan

Maaf jika Desember ini hanya berwarna kelabu
Aku sudah berusaha memperindah
Semampuku

Nanti jika telah sampai pada Februari
Mungkin hatimu sudah sedemikian kuat
Tanpa aku
Tanpa aku lagi

3

Ini jaman sudah berubah kini sudah mudah apa yang kita ingin cari semuanya ada di smartphone Apa yang kau inginkan dan apa yang kau pikirkan semuanya ada tanpa batas

Anak-anak muda sekarang sudah sibuk dengan Smartphonenya masing-masing, tak peduli ada siapa yang di sampingnya, dia sibuk dan tak menyapa yang lewat depan dirinya..

Aku teringat zaman dulu di akhir tahun 90-an, saat itu aku masih anak remaja yang baru mengenal cinta,, setiap hari aku keluyuran tak tentu arah kadang tak pulang sampai malam, mengikuti kakiku melangkah karena aku tak punya hiburan smartphone seperti zaman remaja sekarang..

Aku pernah duduk di depan rumahku melihat kunang-kunang beterbangan berkelap-kelip menerangi gelapnya malam, bagai bintang di langit memberi cahaya terang..

Pemandangan indah itu sekarang sulit dicari karena sang kunang-kunang tergusur oleh zaman dia pergi dan tak terlihat lagi..

Itulah perubahan zaman yang kita tidak bisa prediksi dan kita ketahui apa yang akan terjadi di kemudian hari.. Dari itu kita tak boleh menyerah hari ini.. Karena kita tak tahu apa yang akan terjadi esok hari.. terima kasih.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menanggapi Segalanya: Kelelahan, Ekspektasi, dan Pencarian Keseimbangan dalam Hidup Modern

Menyaksikan Kehilangan dalam Kebersamaan, Perjalanan Menuju Kebahagiaan yang Terpisah

Secercah Cinta di TOT UKM-F RISET 2024